Jumat, 23 Mei 2014

SoalSial: Dari Model Pendidikan Instruksional Ke Model Konstruksi Anak

Edy Suhardono memulai risalah ini dengan menulis salah satu pernyataan Kenneth Chastain dalam penelitiannya mengenai bagaimana sistem pendidikan sebagai bagian dari budaya lebih memberi penekanan terhadap individualitas daripada konformitas.

Seiring berjalannya waktu, pertanyaan yang muncul berkaitan dengan hasil penelitian dan artikel mengenai penelitian itu tetap sama, yaitu, “Bagaimana kita harus menjawab kebutuhan khas-perorangan dari para pembelajar?”

Menurut Edy, tugas para guru dan orangtua tak lain ialah menyediakan jalur pembelajaran yang dapat menghantar para pembelajar menuju tingkatan proses kognitif lebih tinggi dan pencapaian standar sesuai keberadaan atau konstruksi khas mereka.

Terkait hal tersebut, Edy menyatakan ...

“... meski “instruksi yang khas individu (II, individualized instruction)” sudah dikenali orang selama sejarah kependikan, terma “instruksi sesuai konstruksi anak (DI, differentiated instruction)” baru menapakkan kaki pertama kali tak lebih dari dua dasawarsa terakhir melalui konsep “self-paced learning.””

“DI dimaksudkan guna membantu setiap pembelajar/siswa mencapai aktualisasi potensi seoptimal mungkin yang dapat mereka capai melalui metode atau filosofi pengajaran ...”

Edy melihat bahwa model pendidikan instruksional hampir selalu mengabaikan konstruksi anak. Ia lalu menguji ketahanan dan keluasan cakupan teori Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences) cetusan Howard Gardner, yang secara khusus bersinggungan dengan gaya belajar individu. Melalui teori Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences) tersebut, ia berpendapat ...

“..., alih-alih memperdebatkan obyek material tentang kecerdasan –hal yang dimiliki dan disadari semua orang sebagai kualitas yang ada dalam dirinya– melalui segala posisi argumentatif dan disputasi konseptual tentang kecerdasan (obyek formal), adalah jauh lebih baik untuk memperlakukan kecerdasan secara cerdas.”

Bagaimana menurut Anda?

Apakah Anda menemukan teori, metode, pendekatan, atau praktik yang bersifat lebih “berpihak pada hidup” dan menawarkan kebenaran empiris seperti yang Edy Suhardono temukan lewat Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences)?

Baca risalah lengkapnya di SoalSial: Dari Model Pendidikan Instruksional Ke Model Konstruksi Anak

Tentang Penulis: Edy Suhardono adalah Pendiri IISA VISI WASKITA dan IISA Assessment, Consultancy & Research Centre. Ia juga penggagas SoalSial. Ikuti ia di Facebook IISA dan Twitter IISA.

Related Sites: Facebook SoalSial, Twitter SoalSial

Minggu, 18 Mei 2014

SiulSial: Politik, Korupsi, dan Binatang Politik

Kumpulan beberapa kutipan-kutipan Edy Suhardono di social media yang disajikan di Soalsial.

Jika Anda berpengalaman dalam dunia politik, carilah orang-orang kaya. Dari mereka Anda akan mendapatkan dana politik, sementara dari Anda mereka akan belajar tentang akrobat politik. [Dalih Mengapa Korupsi Terjadi, 2013]

If you are experienced in the world of politics, look for rich people. From them you will get a political fund, while from you they will learn about political stunt. [Pretext Why Corruption Occurs, 2013]

Bagi linguist, “binaan” berasal dari kata dasar “bina”; artinya “pihak yang dikenai tindakan ‘membina’”. Tapi, bagi politisi, “pimpinan” yang berasal dari kata dasar “pimpin” BUKAN “pihak yang dikenai tindakan ‘memimpin’”. “Pimpinan” justru dimaknai sebagai “pihak yang melakukan tindakan ‘memimpin’”. Aneh, bukan? Namun faktanya, kita tanpa sadar memaknainya sebagaimana para politisi memaknai. Inilah yang disebut “permainan bahasa” dalam dunia politik.

Sebagaimana Anda menjelajahi dunia dengan kapal selam, Anda pun harus rela berjalan di kegelapan. [Dalih Mengapa Korupsi Terjadi, 2013]

Korupsi bukan soal moral. Moral bersifat pribadi/privat. Dan korupsi pun baru menjadi ranah publik jika akhirnya diketahui oleh publik. [Dalih Mengapa Korupsi Terjadi, 2013]

Jangan salahkan ketaatan sebagai penyebab korupsi. Kepatuhan terhadap korps dan pemimpin menjadi prasyarat untuk pertumbuhan masyarakat, bahkan wujud nyata dari patriotisme. [Mengapa Korupsi Terjadi dalih, 2013]

Dalam era ini hanya orang gila yang tidak tertarik pada kekuasaan. Adalah kekeliruan berpikir bahwa kepemilikan kekuasaan cenderung membuat orang menjadi korup, dan sebaliknya adalah kebenaran bahwa korupsi justru menunjukkan kewarasan. [Dalih Mengapa Korupsi Terjadi, 2013]

In this era they’re just crazy people who are not interested in power. It’s a fallacy to think that the possession of power tends to make people become corrupt, and the opposite is the truth that corruption would indicate sanity. [Pretext Why Corruption Occurs, 2013]

Ideologi politik telah mengkorupsi baik pikiran maupun ilmu pengetahuan. Jadi, jika saya menguasai ilmu pengetahuan sekaligus memeluk suatu ideologi politik, jangan katakan saya seorang koruptor. Katakan bahwa saya seorang pembuat keputusan terbaik. [Dalih Mengapa Korupsi Terjadi, 2013]

Political ideology has corrupted both the mind and science. So, if I mastered the science as well embrace a political ideology, do not tell me a corruptor. Say that I was a top decision-makers. [Pretext Why Corruption Occurs, 2013]

Ketika transaksi jual-beli dikendalikan oleh undang-undang, sementara undang-undang dibuat oleh legislator, maka Anda harus bisa membeli hati para legislator. [Dalih Mengapa Korupsi Terjadi, 2013]

Sebenarnya penyadapan bukan kabar buruk bagi Anda yang berasal dari negara yang marak dengan korupsi. [Dalih Mengapa Korupsi Terjadi, 2013]

Once you become part of the governmental machinery, whether you like it or not you have to run the injustice that is legally justified. [Subterfuge Why Corruption Occur, 2013]

Begitu Anda menjadi bagian dari mesin pemerintahan, suka atau tidak Anda harus menjalankan ketidakadilan yang dibenarkan secara hukum. [Dalih Mengapa Korupsi Terjadi, 2013]

Sekarang mereka tampil sangat sempurna laksana malaikat dan sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda sebagai binatang politik hingga tiba waktunya nanti, saat mereka memegang jabatan dan mulai melanggar prinsip hukum dan keadilan. [Satwa Rimba Politika 2014]

Now they appear like a perfect angel and do not show signs of a political animal until time later, when they hold office and began breaking the principles of law and justice. [Animal in Political Jungle 2014]

Bacalah kutipan-kutipan tersebut di SoalSial.
 
Tentang Penulis: Edy Suhardono adalah Pendiri IISA VISI WASKITA dan IISA Assessment, Consultancy & Research Centre. Ia juga penggagas SoalSial. Ikuti ia di Facebook IISA dan Twitter IISA.

Related Sites: Facebook SoalSial, Twitter SoalSial

SoalSial: Hukuman Buat Koruptor: Legal atau Moral?

Edy Suhardono menulis tentang “principle of double effect” yang merupakan kriteria etik dimana pelaksanaan hukuman terhadap penjahat korupsi ditargetkan memiliki dua efek sekaligus. Pertama, efek buruk, yaitu merenggut kehidupan manusia; dan, kedua, efek baik, yakni memberlakukan keadilan dan melindungi masyarakat

Ia menjelaskan bahwa dalam PDE, hukuman terhadap para koruptor harus memiliki justifikasi moral, di antaranya adalah:

“... (1) bertujuan baik, yakni melakukan keadilan dan melindungi masyarakat, (2) tujuan baik yang dimaksud (melindungi masyarakat dan menjalankan keadilan) diupayakan agar lebih baik daripada tujuan buruk (membunuh manusia); dan (3) tujuan baik tersebut (melindungi masyarakat dan keadilan) bukan merupakan akibat langsung dari kegagalan melaksanakan tujuan yang buruk, dimana tujuan yang baik tidak dikerjakan melalui tindakan yang pada hakikatnya buruk.”

Bila tujuan hukuman mati adalah melumpuhkan kriminal, sementara negara dimana kasus korupsi terjadi adalah negara miskin, logis bahwa hukuman mati adalah satu-satunya pilihan; sebab dalam keterbatasan semacam ini penahanan seumur hidup bukanlah pilihan lantaran tidak operasional.

Bagaimana pendapat Anda mengenai hukuman yang tepat diterapkan pada koruptor?

Baca artikel aslinya di SoalSial.
 
Tentang Penulis: Edy Suhardono adalah Pendiri IISA VISI WASKITA dan IISA Assessment, Consultancy & Research Centre. Ia juga penggagas SoalSial. Ikuti ia di Facebook IISA dan Twitter IISA.

Related Sites: Facebook SoalSial, Twitter SoalSial

SoalSial: Penyadapan, Transparansi Dan Korupsi

Edy Suhardono mencermati mengenai para arsitek internet yang terbuka memberikan kepada kita sumber informasi yang hampir tak terbatas. Pihak yang dibuat pusing tujuh keliling adalah para orang tua, politisi, dan perusahaan online. Orang-orang muda yang lahir di era internet ini sangat dimanjakan dengan berbagi informasi pribadi melalui aplikasi media sosial tanpa menyadari ancaman yang mungkin terjadi bersamaan dengan kegiatan ini.

Lebih lanjut, Edy menyatakan bahwa kerahasiaan masih dapat ditolerir jika tahapan masih berada pada pembahasan atau analisis masalah yang belum terselesaikan dan menyangkut keamanan nasional. Dalam alam demokrasi memang tidak semua isu perlu berventilasi.

Bagaimana pendapat Anda berkaitan dengan kerahasiaan informasi? Apa batas-batas informasi yang harus dirahasiakan dan dibuka pada publik?

Baca artikel aslinya di SoalSial.

Tentang Penulis: Edy Suhardono adalah Pendiri IISA VISI WASKITA dan IISA Assessment, Consultancy & Research Centre. Ia juga penggagas SoalSial. Ikuti ia di Facebook IISA dan Twitter IISA.

Related Sites: Facebook SoalSial, Twitter SoalSial