Edy Suhardono mencermati
salah satu pola
umum yang terjadi di
kalangan orangtua. Mereka memiliki radar yang tajam dan awas untuk mengetahui
perbuatan keliru atau jahat dari anak-anak
mereka. Banyak dari
mereka pun mengakui kalau mereka
tak lagi tahu kapan anak-anak berperilaku
baik, sementara
mereka mengharuskan agar anak-anak selalu berperilaku baik.
Orangtua bisa jadi tak memahami
bahwa kritik dan
pujian dapat memiliki efek ganda pada anak-anak. Kritik dan pujian berbentuk kata-kata yang sering
terdengar dipakai oleh orangtua, misalnya “nakal” atau “anak baik”. Jika dipakai dengan benar dapat memperbaiki
perilaku anak-anak. Sebaliknya, jika salah menggunakan
bisa
membahayakan
perkembangan mereka.
Edy
Suhardono menjelaskan...
“Baik “nakal” maupun menjadi “anak baik” sebenarnya bukan perilaku. Atribut semacam ini tidak menjamin kebenaran evaluatif atas apa yang anak lakukan sehingga ibunya menjadi jengkel, atau apa yang anak lakukan sehingga ayahnya menganggap dia sebagai anak baik. Artinya, pujian maupun kritik harus berbasis pada perilaku yang menarik perhatian bagi anak. Bahwa anak-anak ingin menyenangkan orang tua mereka itu hal normal. Justru karena mereka masih kanak-kanak, mereka sangat peduli pada bagaimana orangtua menilai dan merasakan apa yang mereka kerjakan. Mereka membutuhkan umpan balik terkait perbedaan antar-perilaku yang mempengaruhi perasaan mereka."
Apakah
Anda pernah merasa pernah melakukan hal semacam itu terhadap anak Anda? Apakah
Anda telah cermat
atau
meleset mengenai perilaku
anak?
Baca
artikel aslinya di Maya Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Klik http://www.visiwaskita.com