Kamis, 14 November 2013

Bagaimana Cara Memanfaatkan Sifat Pemalu?

Posting berikut ini adalah petikan dari tanya jawab di bagian “Comment” pada artikel Maya Aksara yang merupakan respon terhadap tulisan Edy Suhardono.

Dina Lathifa Horman
November 4, 2012 at 18:46

saya tertarik dan setuju dengan penjabaran bagaimana memanfaatkan ‘label’ pemalu maupun memanfaatkan kelemahan lain pada diri kita menjadi sebuah kekuatan yang mampu membalikkan pandangan orang terhadap diri kita. dan saya juga setuju sekali ketika membaca beberapa fitur yang membentuk sifat pemalu tersebut. karena saya pun termasuk pemalu yang disebabkan beberapa fitur tersebut.

saya ingin bertanya, bagaimana cara menumbuhkan kesadaran untuk bisa memanfaatkan sifat pemalu maupun kelemahan lainnya yang telah tertempel pada diri seseorang dan pada pandangan orang lain? sedangkan si pemilik kelemahan tersebut sudah terlanjur ‘tenggelam’ dalam label itu? apa saja yang dibutuhkan untuk menumbuhkan kesadaran tersebut, bai8k dari intern maupun ekstern? terima kasih.

Dina Lathifa Horman
161102033
Penerbitan 3B


Dr. Edy Suhardono
November 8, 2012 at 13:27

Sdri. Dina,

Hal pertama yang Anda perlu perhatikan ialah bahwa kelemahan sebagaimana dilabelkan oleh orang lain kepada Anda adalah efek komunikasi yang bersumber pada data obyektif dalam diri Anda. Prinsipnya, DI MANA ADA KELEMAHAN ANDA, DI SITULAH SEBENARNYA KEKUATAN ANDA.

Oleh karenanya, apapun kelemahan sebagaimana diomongkan orang tentang Anda, Anda perlu mengidentifikasinya dan menerapkan upaya fokus guna mengubahnya menjadi kekuatan. Misalkan, Anda merasa inferior ketika berhadapan dengan lawan jenis. Kemungkinan besar Anda malahan memiliki pesona yang kuat, tetapi daya pesona Anda telanjur luput dari kesadaran/perhatian Anda lantaran Anda selalu mendapatkan dampratan dan kritik negatif dari orang-orang dekat Anda. Akibatnya, sebagaimana Anda istilahkan, Anda “tenggelam” dalam label.

Berikut adalah beberapa ide dalam mengkonversi kelemahan Anda menjadi kekuatan:

1.Fokus: jika dimungkinkan, ikuti dan jalani pelatihan terkait usaha mengeliminasi rasa inferior tersebut. Misalnya, pelatihan menjadi seorang model.

2.Praktek: sediakan alokasi waktu/jadual untuk mempraktikkan materi yang langsung berhubungan dengan titik kelemahan Anda. Misal, cara Anda menatap lawan jenis.

3.Total: Berikan 100% tekat untuk menyeberangi zona kenyamanan yang biasanya Anda pertahankan. Zona aman ini berkorelasi kuat dengan usaha mempertahankan kelemahan Anda. Kebiasaan membuang arah pandangan mata berkorelasi dengan perilaku menghindari bertatapan mata langsung; dan hal ini merupakan cerminan/efek konsep diri yang dibangun dari sebutan negatif tentang cara penampilan Anda oleh orang-orang di sekitar Anda.

4.Bermain dengan lingkungan baru. Memvariasikan pertautan dengan orang baru memungkinkan Anda untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan yang Anda serap di lingkungan pelatihan Anda dengan risiko yang lebih terkelola.

Saya kira Anda pernah tahu, entah melalui membaca atau menonton filem, bahwa Jendral Winston Churchil, panglima besar tentara Inggris Raya itu, adalah seorang orator ulung yang sangat tersohor; padahal sejak masa kanak-anak hingga masa akhir remajanya, ia adalah anak yang gagap dan mengalami gangguan dislexia.

Salam dalam keterilhaman,

Edy Suhardono


Catatan Editor: Edy Suhardono adalah Pendiri IISA VISI WASKITA dan IISA Assessment, Consultancy & Research Centre. Ia juga penggagas Soalsial. Ikuti ia di Facebook IISA dan Twitter IISA.

Related Sites: Facebook Soalsial, Twitter Soalsial


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Klik http://www.visiwaskita.com